Rabu, 28 Maret 2012

Optimis Menatap Kemenangan Besar

"Go For Jakarta Victory"

Udara tenang menyapa Madinah seperti hari-hari sebelumnya. Suasana siang itu berubah menjadi panas tatkala datang seorang utusan kepada Umar bin Khattab ra, membawa surat penting dari Abdullah bin Abdullah bin Utban, pejabat sementara untuk wilayah Kufah, Iraq. Utusan itu bernama Qarib bin Zhafar Al 'Abdi.

Isi surat itu mengabarkan perihal konspirasi Persia di Nahawand untuk menyerang kaum muslimin, sebagai upaya balas dendam atas kekalahan besar mereka di Qadisiyah dan Madain. Jumlah mereka cukup besar, sekitar 150 ribu personil. Yang dipimpin oleh panglima Fairuzan yang dipanggil “Bundar” atau bergelar “Dzul Hajib”. Mereka sepakat akan meluluh lantahkan Bashrah dan Kufah yang telah ditaklukkan oleh kaum muslimin.

Dalam surat itu Abdullah bin Abdullah bin Utban mengusulkan kepada Amirul mukminin agar kaum muslimin mendahului mereka untuk menyerang sisa-sisa pasukan Persia tersebut di Nahawand.

Setelah Amirul Mukminin menyambut hangat utusan tersebut, ia bertanya kepadanya, "Siapa namamu?."

Ia menjawab, "Namaku Qarib (yang berarti dekat)."

"Bin (anak) siapa?," kata Umar.

"Bin Zhafar (anak kemenangan)." Jawab Qarib.

"Jika demikian, kemenangan telah dekat insya Allah." Kata Umar dengan nada optimis.

Setelah waktu Zhuhur telah masuk, ia memerintahkan agar masyarakat dikumpulkan untuk shalat. Orang-orang segera datang berkumpul dan yang pertama kali masuk masjid adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, ia baru saja kembali dari Qadisiyah. Dengan kedatangan Sa’ad setelah wilayah kekuasaan Persia itu takluk, membuat Umar ra menjadi lebih optimis.

Setelah shalat Umar naik mimbar dan berpidato di hadapan kaum muslimin, “Sesungguhnya hari ini adalah penentu untuk hari esok. Aku akan memberikan sebuah arahan kepada kalian maka dengarkanlah dengan baik dan patuhi! Jangan kalian saling berselisih sehingga kekuatan kalian menjadi rapuh. Aku berkeras hati untuk maju bersama orang-orang yang berada di depanku hingga sampai ke suatu tempat antara dua kota ini (Bashrah dan Kufah).

Selanjutnya aku kerahkan manusia untuk berangkat bersamaku sebagai bala bantuan bagi pasukan kaum muslimin hingga Allah memberi kemenangan kepada kita.”

Ada beberapa sahabat terkemuka, seperti; Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Adurrahman bin Auf dan beberapa sahabat senior lain bangkit dan masing-masing dari mereka memberikan masukan, ide dan gagasannya demi kebaikan dan kemenangan bagi kaum muslimin.

Intinya, mereka tak sependapat dengan pandangan Umar yang akan keluar dari Madinah. Cukup ia mengutus pasukan bala bantuan dan tetap memberikan instruksi serta ide-idenya kepada para utusan tersebut sambil mendo'akan mereka. Demikian pula menunjuk seorang panglima dari pasukan yang telah berada di Iraq.

Umar ra memutuskan untuk menunjuk Nu'man bin Muqarrin sebagai panglima pasukan kaum muslimin. Dan semua sahabat setuju dengan penunjukan Umar tersebut.

Ia menginstruksikan Huzaifah bin Yaman agar membawa pasukannya dari Kufah. Sementara Abu Musa Al Asy'ari membawa pasukannya dari Basrah. Dan bertemu kedua pasukan tersebut di Mahu. Dan di sana mereka telah ditunggu oleh sang panglima perang; Nu'man bin Muqarrin. Terkumpul di sana 30 ribu pasukan kaum muslimin. Jumlah pasukan yang tidak kecil, walaupun tak sebanding dengan jumlah pasukan Persia. Hanya seperlima dari personil para penyembah api itu.

Di antara isi surat sang khalifah kepada Nu'man adalah bahwa satu nyawa pasukan kaum muslimin lebih berharga daripada 100.000 dinar. Umar telah menunjuk pula Huzaifah bin Yaman sebagai pengganti panglima pasukan jika Nu'man terbunuh. Juga ia menginstruksikan pasukan untuk memperbanyak ucapan la haula wala quwata ilia billah. Karena kekuatan dan kemuliaan serta kemenangan bersumber dari Zat yang Maha Kuat dan Perkasa.

Untuk meneropong seberapa besar kekuatan musuh dan informasi jumlah personil, Nu’man mengutus Thulaihah yang pernah mengaku dirinya sebagai nabi lalu bertaubat nashuha, ‘Amr bin Ma’dikarib, dan ‘Amr bin Abi Salamah sebagai satuan intelijen di depan pasukan. Thulaihah berhasil menyusup ke dalam barisan pasukan Persia, sementara kedua sahabat lainnya kembali di tengah jalan. Bahkan Thulaihah Al-Asadi berhasil membunuh beberapa perwira pasukan Persia, menawan salah satu pimpinan mereka, dan mendapatkan data akurat tentang kekuatan musuh.

Disimpulkan bahwa rute yang mereka lalui menuju Nahawand tidak akan mendapatkan rintangan yang berarti.

Strategi jitu yang dipasang Nu'man adalah menempatkan pasukan yang ia pimpin di barisan terdepan. Pertahanan sayap kanan; Hudzaifah dan sayap kiri; Suwaid bin al-Muqarrin. Pasukan penyerang dipimpin oleh Qa’qa’ bin Amr dan pertahanan belakang dipimpin oleh Mujasyi’ bin Mas’ud.

Dalam hitungan logika manusia, 30 ribu pasukan kaum muslimin sulit mengalahkan 150 ribu personil pasukan Persia.

Tapi di hadapan Allah Swt hitungan matematika ini tidak berlaku. Ruh maknawiyah, kekuatan iman dan yakin dengan pertolongan Allah Swt, yang ditopang dengan usaha manusiawi, maka akhirnya pasukan kaum muslimin mengalami kemenangan besar. Dalam sejarah, perang Nahawand yang terjadi tahun 21 H ini dikenal dengan sebutan "fathul futuh" kemenangan yang besar.

......

Ini hanya sepenggal kisah kemenangan yang diraih oleh generasi terbaik. Di zaman yang berbeda dengan pelaku sejarah yang tak sama. Tapi dengan manhaj dan jalan kemenangan yang serupa.

Semua kita mendamba sebuah kemenangan dan kejayaan. Baik dalam ruang lingkup individu, keluarga, masyarakat maupun jama'ah atau partai.

Jika kita ingin meraih kemenangan terlebih dalam ruang lingkup yang lebih luas, yakni Pilgub DKI Jakarta, ada beberapa rambu yang mesti kita perhatikan, hal ini mengacu kepada kemenangan kaum muslimin di Nahawand.


Optimis menyongsong kemenangan

Dengan mendengar nama utusan dari Kufah; Qarib bin Zhafar, Umar bin Khattab langsung menghubungkannya dengan kemenangan besar di Nahawand.

Pasangan yang diusung oleh PKS untuk Pilgub DKI Jakarta, yakni; (Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini), sebenarnya kita pun layak optimis. Dari nama pasangan calon tersebut, kita mencium aroma kemenangan. Jika kita lihat dari pendekatan hati, maka NURANI bisa berarti pemimpin yang memerintah rakyatnya dengan cahaya hati, yang memancar menerangi relung hati rakyatnya. Hidayat Nurwahid dapat kita maknai sebagai petunjuk jalan menjadi orang no satu DKI. Yang didukung oleh pasangan yang terdidik. Maka kita optimis pasangan Nurani dapat memenangkan pilgub DKI insya Allah. Permasalahan kemacetan dan banjir dan yang lainnya dengan izin Allah dapat diatasi selama sang pemimpin dapat bekerja sepenuh hati.

Banyak bermunajat kepada Allah SWT

Sebelum Umar naik mimbar, ia mengajak masyarakat untuk menunaikan shalat dan berdo'a. Karena kemenangan tak mungkin akan terwujud di alam realita, jika tanpa pertolongan Allah Swt. Dan pertolongan itu datang jika kita memohon kepada-Nya.

Berbeda dengan manusia, jenuh yang dirasakannya, marah dan kesal jika banyak dimintai oleh orang lain. Tapi Zat Yang Maha Kuat, justru akan murka jika kita tidak meminta kepada-Nya. "Siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Dia murka kepadanya." Demikian sabda Nabi saw dalam riwayat Tirmidzi.

Demikian pula Nu'man bin Muqarrin memulai tugasnya memimpin pasukan kaum muslimin dengan bertakbir tiga kali dan do'a. Umar ra dan kaum muslimin pun turut mendo'akan dari jarak jauh; Madinah demi kemenangan kaum muslimin.

Jika kita ingin memenangkan Pilgub DKI Jakarta, maka di manapun kita berada. Baik di tanah air maupun di luar negeri, semestinya segera larut dalam munajat kepada Allah Swt demi kemenangan pasangan Hidayat - Didik. Terlebih bagi kita yang berdomisi dekat dengan dua kota suci; Mekkah dan Madinah. Di tempat yang istimewa untuk berdo'a itu, hadirkan sosok Nurani dalam do'a-do'a tulus kita.

Karena kita yakin, munajat dan do'a adalah kekuatan besar untuk mencapai sebuah cita-cita agung. Banyak harapan tak bisa tergapai hanya dengan mengandalkan perahan keringat. Namun cukup dengan tengadah kedua tangan ke langit.

Mendengarkan nasihat, gagasan dan ide-ide cemerlang dari orang-orang dekat

Salah satu kunci kemenangan Umar bin Khattab ra adalah karena ia selalu meminta pendapat dan nasihat dari sahabat-sahabat terkemuka di sekitarnya. Para penasihat memiliki tempat khusus di hati Amirul mukminin.

Di medan perjuangan yang terhampar di hadapan kita, semua pihak hendaknya bekerja keras dan menuangkan ide dan gagasannya demi meraih kejayaan yang kita damba bersama.

Membentuk Tim Sukses

Umar ra menunjuk Nu'man bin Muqarrin sebagi tim sukses untuk menaklukan Nahawand. Dengan wewenangnya, Nu'man merumuskan berbagai macam strategi untuk memenangkan peperangan. Terlebih jumlah dana, personil dan persenjataan yang tidak berimbang, yang mengharuskannya berpikir lebih keras lagi.

Dan tentunya kita sebagai kader dan simpatisan partai, semestinya kita menjadi bagian dari tim sukses itu dan memberikan peran dan andil nyata sesuai dengan kemampuan kita. Walaupun nama kita tak tercatat dalam daftar tim sukses. Tapi tercatat di atas sana. Bahwa kita turut berpartisipasi dalam memperjuangkan pasangan Nurani. Karena kita yakin, Nurani bisa membawa Jakarta ke arah yang lebih baik dan mendapat ridha Allah Swt.

Persatuan, kunci kemenangan

Salah satu nasihat Umar dalam khutbahnya adalah singkirkan perselisihan, yang akan melumpuhkan kekuatan.

Hal ini senada dengan nasihat Rabbani, "Janganlah kamu berselisih yang menyebabkan kamu gentar dan hilang kekuatanmu." Al Anfal: 46.

Kesatuan lahir akan terbentuk, jika kesatuan bathin telah telah tercipta. Dan kesatuan hati akan terwujud jika kita merapat kepada Pemilik Hati, yakni Allah Swt. Sedangkan taqarrub kepada-Nya dapat kita tempuh dengan jalan mendaki puncak ubudiyah kepada-Nya.

Oleh karena itu mari kita tingkatkan iman dan mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga kesatuan hati untuk meraih cita-cita yang satu dapat tergapai dalam kehidupan kita.

Bertanyalah pada hati nurani kita, apa yang bisa kita ukir untuk kebaikan umat? Mari kita mulai dengan mengambil peran dalam memenangkan pasangan Hidayat - Didik. Kita tentu memiliki orang-orang dekat, keluarga, teman sejawat, kenalan lama dan baru dan seterusnya. Kita ajak mereka untuk mengajak pula yang lainnya memilih pasangan Nurani. Allahu Akbar. Laa haula wa la quwwata illa billah.

Sumber : Ustadz Ahmad Mustaqim (http://www.pkspiyungan.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar